Bagi warga Yogyakarta, nama Pamella sudah tidak asing di telinga. Swalayan kondang ini memiliki tujuh cabang di berbagai penjuru kota Yogyakarta. Nah, salah satu ciri khas dari supermarket ini ialah tidak menjual rokok.
"Swalayan saya sudah nggak menjual rokok lagi," tutur Noor Liesnani Pamella, atau yang sering disapa Pamella, wanita kelahiran 1955 yang merupakan pendiri sekaligus pemilik Pamella Swalayan Supermarket.
Tak ada yang menyangka jika supermarket besar miliknya itu awalnya hanyalah warung kecil berukuran 5x5 meter yang ia dirikan bersama suaminya, Sunardi Syahuri. Tapi berkat usaha dan ketekunannya, bangunan kecil itu semakin berkembang hingga kini memiliki tujuh cabang.
Sekitar 11 tahun yang lalu, tepatnya pada April 2003, Pamella memutuskan untuk tidak menjual rokok di supermarket-supermarket miliknya. Sebelumnya ia sempat ragu lantaran omzet penjualan rokok tak sedikit, yakni 2% dari total omzetnya. Di sisi lain, ia juga sangat menikmati berbagai keuntungan yang didapat dari penjualan rokok.
Tetapi bujukan dari sang buah hati agar ia berhenti menjual rokok mulai menggoyahkan keteguhan Pamella. Hal itu ditambah lagi dengan maraknya peringatan dalam iklan rokok yang kala itu mulai banyak terpampang di penjuru Yogyakarta. Dalam iklan itu, disebutkan bahwa merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti kanker, serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin.
"Saat itu mulai marak (peringatan) iklan rokok yang berbunyi merokok menyebabkan berbagai penyakit. Saya berpikir, kalau saya jual rokok, berarti saya memberi kontribusi penyakit," tuturnya ketika ditemui detikHealth di kantornya yang terletak di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta, dan ditulis pada Kamis (22/5/2014).
Ditambah dengan berbagai ceramah keagamaan yang didengarnya kala menunaikan ibadah haji di Mekah, pendirian Pamella untuk mempertahankan penjualan rokok pun runtuh. Ia menceritakan, kala itu ia selalu mendengar bahwa rokok bersifat haram, membahayakan kesehatan, menyengsarakan, serta menyakiti orang lain.
Setelah mendatangi ekonom untuk berkonsultasi, ia lantas meneguhkan hati untuk berhenti menyesap keuntungan dari penjualan rokok. Maret 2003, ia menghentikan suplai rokok di supermarketnya. Satu bulan kemudian, ketika masih ada rokok yang tersisa, ia memintanya untuk dimusnahkan. Dan akhirnya sejak 1 April 2003, secara resmi rokok tak lagi terpampang di swalayan-swalayan milik Pamella.
Berhenti jualan rokok tak membuat bisnis Pamella menjadi buntung. Hal tersebut terbukti dengan didirikannya cabang baru yang belum didirikan pada tahun 2003 yakni Pamella 8. Bahkan, bisnisnya juga merambah ke bidang lain, yakni Pamella Beauty Centre, Pamella Futsal, dan SPBU.
http://health.detik.com/read/2014/05/22/080104/2589093/763/kisah-pamella-pemilik-8-supermarket-yang-sukses-meski-tak-jual-rokok?991104topnews
"Swalayan saya sudah nggak menjual rokok lagi," tutur Noor Liesnani Pamella, atau yang sering disapa Pamella, wanita kelahiran 1955 yang merupakan pendiri sekaligus pemilik Pamella Swalayan Supermarket.
Tak ada yang menyangka jika supermarket besar miliknya itu awalnya hanyalah warung kecil berukuran 5x5 meter yang ia dirikan bersama suaminya, Sunardi Syahuri. Tapi berkat usaha dan ketekunannya, bangunan kecil itu semakin berkembang hingga kini memiliki tujuh cabang.
Sekitar 11 tahun yang lalu, tepatnya pada April 2003, Pamella memutuskan untuk tidak menjual rokok di supermarket-supermarket miliknya. Sebelumnya ia sempat ragu lantaran omzet penjualan rokok tak sedikit, yakni 2% dari total omzetnya. Di sisi lain, ia juga sangat menikmati berbagai keuntungan yang didapat dari penjualan rokok.
Tetapi bujukan dari sang buah hati agar ia berhenti menjual rokok mulai menggoyahkan keteguhan Pamella. Hal itu ditambah lagi dengan maraknya peringatan dalam iklan rokok yang kala itu mulai banyak terpampang di penjuru Yogyakarta. Dalam iklan itu, disebutkan bahwa merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti kanker, serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin.
"Saat itu mulai marak (peringatan) iklan rokok yang berbunyi merokok menyebabkan berbagai penyakit. Saya berpikir, kalau saya jual rokok, berarti saya memberi kontribusi penyakit," tuturnya ketika ditemui detikHealth di kantornya yang terletak di Jalan Kusumanegara, Yogyakarta, dan ditulis pada Kamis (22/5/2014).
Ditambah dengan berbagai ceramah keagamaan yang didengarnya kala menunaikan ibadah haji di Mekah, pendirian Pamella untuk mempertahankan penjualan rokok pun runtuh. Ia menceritakan, kala itu ia selalu mendengar bahwa rokok bersifat haram, membahayakan kesehatan, menyengsarakan, serta menyakiti orang lain.
Setelah mendatangi ekonom untuk berkonsultasi, ia lantas meneguhkan hati untuk berhenti menyesap keuntungan dari penjualan rokok. Maret 2003, ia menghentikan suplai rokok di supermarketnya. Satu bulan kemudian, ketika masih ada rokok yang tersisa, ia memintanya untuk dimusnahkan. Dan akhirnya sejak 1 April 2003, secara resmi rokok tak lagi terpampang di swalayan-swalayan milik Pamella.
Berhenti jualan rokok tak membuat bisnis Pamella menjadi buntung. Hal tersebut terbukti dengan didirikannya cabang baru yang belum didirikan pada tahun 2003 yakni Pamella 8. Bahkan, bisnisnya juga merambah ke bidang lain, yakni Pamella Beauty Centre, Pamella Futsal, dan SPBU.
http://health.detik.com/read/2014/05/22/080104/2589093/763/kisah-pamella-pemilik-8-supermarket-yang-sukses-meski-tak-jual-rokok?991104topnews
Posting Komentar