Ketika sang pungguk merindukan bulan, tak terbesit keinginan hati untuk menyadarinya bahwa diri ini memang belum mampu. Bersikeras ia meraih, tapi apa daya, memang bumi ini hanya secuil dari galaksi yang menyatukan kita. Egkau sungguh menawan di kejauhan sana, ia pandangi ditiap kesempatan ia bisa memandangnya. Tapi apa daya, lagi lagi si pungguk merindukan bulan. Berjuta juta mil dalam dimensi ruang dan waktu menjadi pembatas mereka. Bulan nampak elok diatas singgasana yang baginya tak kan mampu untuk mendatangimu. Berpuluh pintu membentengi kau.Mencoba mengimbangimu bukanlah solusi. Karena menjadi orang lain itu bukan pilihan. Naas memang, kemunafikanlah yang diperoleh. Sungguh tanda orang munafik itu tiga, jika berkata dusta, jika berjanji mengingkari, dan jika dipercaya berkhianat. Sekalipun kau mencoba mendustai dirimu, seterusnya akan terpersepsi untuk menjadi bohong lagi, sekalinya kamu dusta, sulit pula dirimu untuk memperoleh kepercayaan, pun janji itu adalah hutang.
Ya Rabb, sungguh munafik diri ini jika mengaku bahwa aku yang paling hebat, sungguh rendah diri ini jika tiap dentang kehidupan selalu merasa paling mampu. Akan tetapi, tak selamanya si pungguk yang merindukan bulan merasa kecewa. Dia bangga, dia memiliki satu mimpi dan keinginan yang luar biasa tak terbentung lewat akal dan pikirannya. Tapi ! bukan dengan merubah dirinya menjadi orang lain, bukan ! bukan iitu!. Sekali lagi menjadi orang lain bukan pilihan. AKU ubah si pungguk yang lemah ini menjadi seorang yang berdaya juang tinggi. Bulan memang jauh, bulan memang menawan. Tapi nyatanya aku tertipu. Kau suguhkan keindahanmu diluar tapi tatkala aku mampu untuk menyambangimu, kamu tak seindah harapan-harapan yang kamu berikan di kejauhan, kau nampak pucat, kau ternyata lemah sepertiku. bahkan sinarmu yang selama ini terpancar, hanya sebuah refleksi dari makhluk lalin yan lebih hebat darimu, tak pantaslah kau sombong denganku seperti itu. Bulan, walaupun si pungguk ini tak ada artinya bagimu, tapi aku bangga. Aku memang bangga bahwa untuk kedua kalinya, menjadi orang lain itu bukan pilihan. Aku mengerti sekarang, kamu bukan jodohku, kamu bukan tulang rusukku dan aku bukan tulang punggungmu. Sungguh wanita yang baik hanya untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik hanya untuk wanita yang baik.
—Demikian sahabat, sebuah refleksi diri untuk menjadi lebih termotivasi. Bahwa diri kita sudah ditakdirkan seperti sekarang. Tapi ini bukan alasan kita untuk menyerah pada keadaan, bukan ! justru dengan kita tahu siapa diri kita yang sebenarnya, kita akan selalu berusaha memperbaiki kerumpangan pada bagian tertentu, senantiasa meng-upgrade diri dengan keimanan, dengan memperbaiki ibadah2 kita, Allah maha adil seadil2nya pada setiap umatnya, karena “Rencana Allah lebih baik dari rencana manusia, Ia lah yang maha tahu atas segala yang ada di bumi dan di langit”.
ABOUT LUDIANASS
seorang pembelajar hidup, berusaha menjadi manusia yang berguna bagi sesama | FKAPMEPI DIY | FLP Yogyakarta
http://ludianass.wordpress.com/2013/02/17/si-pugguk-merindukan-bulan/
Posting Komentar