Pada waktu penaklukan Makkah (Fath Makkah), Nabi Muhammad SAW dan kaum Muslimin membersihkan Ka'bah (Baitullah) dari patung dan berhala, sesembahan kafir Quraisy. Ketika itu, di sekitar Ka'bah terdapat tidak kurang dari 360 berhala besar dan kecil. Nabi SAW memukul-mukul berhala-berhala itu sambil membaca ayat ini, ''Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap.'' (Al-Isra: 81).

Dalam Alquran, perkataan al-haqq (yang benar) pada hakikatnya menunjuk kepada Allah sebagai sumber kebenaran. Di sini, Tuhan dan segala bentuk derivatifnya dinamai al-haqq. Agama sebagai wahyu atau ajaran Allah dinamai al-haqq (Al-Baqarah: 147). Begitu pula nabi sebagai utusan Allah (Ali Imran: 81), alam semesta sebagai ciptaan Allah (Al-An'am: 73), dan semua perhatian dan ketetapan Allah (Yunus: 23), semuanya dinamakan al-haqq. Kebenaran sebagai sesuatu yang datang dan berasal dari Allah bersifat jelas dan terang (Al-Baqarah: 236), sesuai kecenderungan dasar atau fitrah manusia (Al-Rum: 30), dan kuat (Al-Anbiya: 18). Di samping itu, kebenaran itu merupakan sesuatu yang berguna bagi umat manusia.

Kebenaran diibaratkan seperti air, logam, dan api, sedangkan kebatilan diumpamakan seperti buih, merupakan sesuatu yang hina dan tak berguna. Perhatikan ayat ini, ''Demikianlah Allah membuat perumpamaan bagi yang benar dan yang batil. Adapun buih itu akan hilang, sebagai sesuatu yang tidak ada harganya, adapun yang memberikan manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah memberikan perumpamaan-perumpamaan.'' (Al-Ra'd: 17-18). Lain kebenaran lain pula dengan kebatilan. Kebatilan adalah lawan dari kebenaran (naqidh al-haqq), merupakan sesuatu yang tidak berdasar sama sekali (mala tsabatalah).

Setiap perkataan dan perbuatan yang tidak memiliki dasar hukum, maka ia dinamakan kebatilan. Orang Arab menyebut orang yang berani tanpa pertimbangan alias orang yang nekat dan konyol dengan sebutan bathal. Disebut demikian, karena orang tersebut pada hakikatnya telah menghilangkan nyawanya secara sia-sia, tanpa makna. Berbeda dengan kebenaran, kebatilan justru sangat rapuh (Al-Anfal: 8), tidak dapat bertahan lama (Al-Anbiya: 18), dan tidak memberi manfaat apa pun bagi manusia (Al-Ra'd: 18). Kebenaran dan kebatilan itu tidak dapat bersatu dan tidak mungkin dipersatukan. Keduanya, hak dan batil, dapat diibaratkan seperti air dan minyak. Sayyid Quthub mengumpamakan keduanya seperti langit dan bumi.

Di antara keduanya terdapat jurang pemisah yang terlalu lebar yang tidak mungkin dibangun jembatan yang dapat menghubungkan keduanya. Perbedaan antara hak dan batil sangat jelas, namun karena fitrah telah rusak dan lingkungan begitu buruk, maka yang hak bisa dipandang batil dan yang batil dianggap hak. Selain menyuruh berjuang, Nabi SAW mengajarkan kaum Muslim doa ini, ''Ya Allah, perlihatkan kepada kami yang hak sebagai hak, dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Perlihatkanlah kepada kami yang batil sebagai batil, dan berilah kami kekuatan menjauhinya (melawannya).'' Semoga kita terus berada dalam kebenaran. (A Ilyas Ismail)

sumber : republika

Posting Komentar