Menikah. Jika berbicara tentang “pernikahan”, akan menjadi hal yang sangat menarik bagi setiap orang. Khususnya jiwa-jiwa yang telah haus dengan kasih sayang dan kepedulian belahan jiwanya.

Menikah adalah pertemuan dua hati yang tidak sekedar memenuhi kebutuhan biologis, tapi lebih kepada psikis. Memang, tidak bisa dipungkiri, kebutuhan biologis merupakan suatu hal yang lumrah. Tapi, yang paling penting dari esensi pernikahan adalah ketenangan jiwa.

Ketenangan jiwa yang timbul akibat kepedulian. Kepedulian kedua belah pihak yang selalu mendukung satu sama lain. Jadi, jikalau ada salah seorang yang merasa dalam kondisi buruk, maka pasangan itu bisa secara langsung memberi dukungan terhadap pasangannya itu.  Membangkitkan lagi semangat yang padam. Membangunkan lagi jiwa-jiwa yang tertidur.  Dengan adanya kepedulian dari pasangan itu, maka sang badan tak merasa hidup sia-sia.

Tak ada yang lebih penting dalam hidup berumah tangga selain penghargaan yang diberikan oleh pasangan kepada kita. Penghargaan itu tidak harus lahir dari suatu pemberian barang-barang mahal, melainkan telah cukup dengan tindakan sederhana saja.

Hal sederhana yang kadang bisa membuat pasangan merasa dihargai adalah dengan memberikan kejutan-kejutan kecil yang tak pernah diduganya. Jadi, hadiah atau kado tak hanya diberikan ketika hari-hari spesial saja. Bisa jadi, suatu ketika dia sedang berada dalam masa sulit, dan kita memberikan hal yang tak terduga. Hal-hal kecil yang dia suka, seperti bunga, mawar akan membuatnya lebih semangat dan ceria. Bunga mungkin bisa diberikan oleh suami kepada istrinya. Namun, sang istri bisa memberikan coklat kepada sang suami. Atau hal lain yang disukai oleh sang suami.

Meski hanya terlihat sederhana apa yang kita lakukan, tapi itu sangat bermakna bagi pasangan. Bahkan, hal sederhana yang kita lakukan tidak hanya sebatas memberikan suatu benda. Bisa juga dengan menuliskan suatu kata, misal “Aku sayang kamu” ke dalam kantong kemeja atau seragam kerjanya.

Nah, ketika dia bekerja dan mengambil sesuatu dari kantong itu, dia menemukan kertas bertuliskan kata-kata yang kita buat. Setelah membacanya, alangkah bahagianya dia ketika mengetahui bahwa pasangannya begitu menyayanginya.

Kesalahan yang banyak dilakukan oleh setiap pasangan adalah tidak mengungkapkan rasa sayangnya kepada orang yang dicintainya. Mereka menganggap bahwa rasa cinta itu tak perlu diungkapkan. Cukup direalisasikan dengan tindakan. Tapi meski begitu, alangkah indahnya tindakan yang melambangkan cinta itu diiringi dengan rangkaian kalimat sederhana  yang menimbulkan kemesraan di antara pasangan.

Misal, jika seorang suami pulang dari kantor, kemudian dia melihat istrinya sedang memasak untuknya. Kemudian, tiba-tiba sang suami dari belakang memeluk istrinya dan kemudian membisikkan kata-kata cinta untuk sang istri. Dipastikan, sang istri akan tersentuh. Sang istri akan merasa bahagia dengan perlakuan suaminya itu.

Hal ini terjadi jika sang suami yang memulainya. Nah, sebenarnya sang istri juga bisa mengawalinya. Jika sang suami pulang dari tempat mencari nafkah, maka sang istri bisa langsung menghampiri. Dengan wajah cerah dan tampilan yang bersih, sang istri mendekati suami. Menanyakan keadaan suami.

“Capek, ya Mas?”

Kemudian tanpa diminta, sang istri langsung memijit kaki dan pundak sang suami. Insya Allah, jika sang suami normal dan tidak punya selingkuhan, maka dia akan bahagia dengan perlakuan sang istri. Rasa penat yang ditimbulkan karena mencari uang akan berganti dengan rasa senang. Dengan demikian, dia tidak merasa sia-sia banting tulang mencari uang untuk sesuap nasi dan sebongkah berlian.

Satu hal lagi yang yang sering dilupakan oleh setiap pasangan yaitu panggilan kesayangan. Bukan suatu hal yang norak jika kita memanggil seseorang yang telah halal bagi kita dengan panggilan spesial. Bahkan, Rasulullah telah memberikan contoh kepada kita. Dan kita pun sama-sama tahu, Rasulullah panutan kita memanggil istrinya, ‘Aisyah, dengan sebutan “Ya Humaira”. Dia yang pipinya kemerah-merahan.

Begitu jugalah dengan kita. Kemesraan harus selalu dijaga. Apalagi orang yang akan kita lihat setiap hari adalah pasangan kita. Jika kita tak bisa menjaga kemesraan, alamatlah itu yang akan menimbulkan keretakan rumah tangga.

Pernah saya mendengar dari seorang dosen, katanya, mesranya hubungan suami istri hanya bertahan pada pada usia pernikahan empat tahun pertama. Sisanya, hidup rumah tangga itu hanya dijalani seperti adik-kakak. Makna “adik-kakak” yang saya tangkap seperti hidup yang biasa-biasa saja. Tidak memperlakukan pasangan sebagai seharusnya. Jika ini terjadi, alamatlah hidup berumah tangga hanya untuk menghabiskan sisa umur yang masih ada. Terlalu sangat biasa.

Tapi, bagaimanapun kehidupan berumah tangga kita nantinya, tergantung bagaimana kita menjalani dan menyikapi. Semua pilihan ada di tangan. Apakah hari-hari akan dijalani biasa-biasa saja atau akan selalu dihiasi dengan melakukan hal “kecil nan sederhana” yang menjadikannya luar biasa.



Tentang Sri Wahyuni

Pengamat pendidikan dan Guru Muda SGI DD (Sekolah Guru Indonesia) yang menginspirasi di pelosok Indonesia. Saat ini penulis ditempatkan di Kubu Raya, Kalimantan Barat



Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/06/30/53882/menjaga-kemesraan-pasangan-suami-istri/#ixzz37VGwFK6G 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/06/30/53882/menjaga-kemesraan-pasangan-suami-istri/#ixzz37VGtk7ex 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Posting Komentar