Beberapa sahabat pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, "Ya Rasulallah, engkau yang menghukum rajam wanita berzina, lalu engkau mensalatinya?" Nabi menjawab, "Sungguh ia telah bertobat. Andai ia berbuat tujuh puluh kali seperti itu, niscaya diampunkan oleh Allah. Ia telah bertobat yang sebesar-besarnya, dan ia pasti diterima meskipun dosanya besar."


Hadits di atas menujukkan pentingnya bertobat bagi tiap anak Adam yang melakukan kesalahan, (QS. 4 : 17-18 dan 66 : 8). Bahkan para ulama mengatakan, bertobat hukumnya wajib bagi orang berdosa.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi berkata, "Sesungguhnya Allah senantiasa membuka tangan-Nya pada malam ahri agar orang yang melakukan kesalahan di siang hari mau betobat, dan juga membuka tangan-Nya pada siang hari agar yang melakukan kesalahan pada malam hari mau bertobat. Ini terus berlangsung hingga matahari terbit dari barat." Nabi sendiri sebagai uutusan Allah mengakui, "Wahai sekalian manusia, bertobat dan memohon ampunlah kalian kepada Allah, karena aku sendiri setiap hari bertobat sebanyak seratus kali," (HR Muslim). Dari segi bahasa, tobat berasal dari kata taaba, yatuubu, yang artinya kembali. Jadi tobat adalah kembali dari kegelapan menuju jalan yang terang dan lurus, atau kembali dari sesuatu yang tercela (menurut syara') menuju sesuatu yang terpuji.

An-Nawawi dalam Riyadush Sholihin dalam bab tobat membagi tobat manjadi dua bagian. Pertama, untuk dosa yang dilakukan antara hamba dengan Tuhannya, dan tidak berhubungan dengan manusia, (QS 42 : 45). Ini ada tiga syarat, yaitu berhenti dari kemaksiatan yang diperbuat, menyesali dan tidak mengulangi selamanya. Bila salah satu syarat ini tidak terpenuhi, tobatnya tidak benar. Kedua, untuk dosa yang berkaitan dengan hak manusia. Syaratnya da empat, yaitu tiga syarat pertama di atas ditambah dengan satu syarat yaitu membersihkan diri hak pemiliknya. Misalnya, kalau kita  memfitnah seseorang maka kita harus meminta maaf kepadanya.

Sedang Abullaits Assamarqandi dalam Tanbihul Ghafilin menyebutkan bahwa kalau kita bertobat  hendaknya disertai penyesalan dalam hati, istighfar dengan lidah, dan tidak akan mengulangi lagi selamanya. "Istighfar dengan mulut sedang ia tetap berbuat dosa bagaikan memainkan Tuhan," kata Nabi.

Seorang sufi pernah ditanya oleh muridnya, "Apakah ada tanda bahwa tobat itu teleh diterima?". Jawabnya,"Ya, ada empat tanda. Pertama, putus hubungan dengan kawa-kawannya yang tidak baik dan bersahabat dengan orang-orang soleh. Kedua, menghentikan semua maksiat dan rajin melakukan perintah Allah. Ketiga, hilang dari hatinya rasa kesenangan pada dunia dan selalu ingat kesusahan akhirat. Keempat, percaya pada jaminan Allah dalam soal rezeki, lalu sibuk mengerjakan perintah Allah. Maka apabila ia memenuhi empat tanda itu, ia termasuk orang yang dicintai oleh Allah." (Idris Thaha)


sumber : Republika

Posting Komentar