ALHAMDULILLAH. Segala puji hanya milik Allah Swt., Dzat Yang Maha Kaya dan Maha Melimpahkan Rezeki kepada seluruh makhluk di alam semesta. Shalawat dan salam semoga selalui terlimpah kepada Rasulullah Saw.


Saudaraku, pernah coba memperhatikan seorang tukang parkir? Perhatikanlah, berbagai jenis dan merek mobil atau motor datang menghampirinya. Dari yang mahal sampai yang murah, dari yang masih mulus sampai yang sudah penyok di sisi-sisinya. Untuk beberapa saat semua kendaraan itu berada di bawah penguasaannya. Namun, tidak lama kemudian diambil kembali oleh pemiliknya.


Perhatikan apa yang terjadi dengan tukang parkir itu. Adakah dia berat hati ketika kendaraan-kendaraan itu diambil kembali oleh pemiliknya? Apakah dia menolak saat para pemilik kendaraan itu hendak mengambil kendaraan mereka? Jawabannya, tentu saja tidak. Mengapa? Karena kendaraan-kendaraan tersebut hanya titipan. Sekali lagi, hanyalah titipan!


Demikianlah pula dengan segala yang kita miliki di dunia ini. Tidakkah kita ingat bahwa ketika kita dilahirkan oleh Ibu kita ke dunia ini, kita lahir tanpa membawa apa-apa walau sehelai benang pun. Kemudian, Allah memberikan rezeki-Nya kepada kita di saat kita belum mampu melakukan apapun selain menangis.


Allah datangkan air susu melalui Ibu kita sehingga energi kita tercukupi dan bisa bertahan hidup. Allah datangkan selimut, minyak kayu putih, sabun, air, dan lain sebagainya dari berbagai arah sehingga segala kebutuhan kita tercukupi. Sampai akhirnya kita bisa sebesar ini, segalanya tiada lain adalah karena kemurahan Allah Swt terhadap kita.


Kemudian, Allah Swt mengkaruniakan berbagai perhiasan dunia kepada kita. Harta kekayaan yang berlimpah, pasangan dan anak-anak. Kita juga dikaruniai kedudukan, jabatan, nama baik di dalam penilaian manusia. Semua itu adalah karena kemurahan Allah terhadap kita selaku makhluk-Nya.


Namun, ingatlah bahwa tidak ada yang abadi selain Allah Swt. Segala yang kita punya itu adakalanya terlepas dari genggaman kita. Baik cepat maupun lambat, harta kekayaan dan segala yang kita miliki tiba-tiba berkurang atau hilang. Tiba-tiba salah satu anggota keluarga yang kita cintai meninggal dunia. Tiba-tiba posisi jabatan kita yang strategis dipindahkan ke posisi lain yang kurang kita sukai. Atau, tiba-tiba nama baik kita rusak di mata manusia oleh fitnah yang tak jelas asal muasalnya. Semua atau salah satu dari kejadian tersebut bisa saja menimpa kita.


Sungguh, setiap apa yang kita miliki adalah titipan Allah, maka sepatutnya pihak yang dititipi menjaga titipan tersebut dengan amanah. Karena setiap kita pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas titipan-titipan itu. Allah Swt. berfirman, “Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (QS. Al Qiyamah [75] : 36).


Tidak sedikit manusia yang menyia-nyiakan titipan Allah Swt. Tidak heran jika ada kejadian orangtua yang menelantarkan anaknya. Atau seorang kaya raya yang menggunakan kekayaannya untuk kemaksiatan. Orang-orang seperti ini bersikap seolah apa yang dimilikinya adalah miliknya.


Saudaraku, harta kekayaan adalah titipan Allah Swt., maka pergunakanlah sesuai dengan petunjuk-Nya. Belanjakanlah di jalan Allah. Pasangan hidup adalah titipan, maka rawat dan bimbinglah ia untuk mencintai Allah. Anak-anak adalah titipan, maka rawat dan didiklah sehingga tumbuh dan berkembang menjadi manusia-manusia berakhlak mulia. Kedudukan atau jabatan adalah titipan, maka jalankanlah dengan amanah, jujur dan bertanggungjawab sehingga bernilai ibadah.


Tak perlu tinggi hati dengan jabatan tinggi, tak usah sombong dengan harta kekayaan yang berlimpah. Anak-anak yang lucu dan pintar, pasangan yang berparas indah, rumah yang megah. Semua itu adalah titipan. Tak penting kekaguman orang lain terhadap kita atas apa yang kita miliki itu. Yang terpenting adalah Allah ridha terhadap ikhtiar kita mengelola semua amanah-Nya itu.


Semua titipan Allah itu sesungguhnya adalah fasilitas untuk kita beribadah kepada-Nya sehingga menjadi jalan keselamatan. Karena, salah mensikapi titipan-titipan itu, maka apa yang kita miliki malah akan menjadi jalan penyesalan.


“Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (QS. Ar Ra’du [13] : 18). [*]

http://site.inilah.com/inilahkehidupan/read/berita/2103175/hikmah-tukang-parkir#.U5xDlnCmjMA

Posting Komentar