Suasana kota Bandung pagi itu tampak cerah seiring dengan terbitnya matahari di ufuk timur. Amir, tampak bergegas meninggalkan kediamannya, ia berjalan agak cepat menuju tempat pemberhentian angkutan kota (angkot). Kemudian angkot itupun membawanya ke stasiun kereta api. Angkot pun kemudian berhenti tepat di serambi stasiun. Amir, lalu menuju loket penjualan tiket KA, sesampai di dalam balkon setasiun, harus antri terlebih dahulu untuk dapat karcis-nya.
Saat, menunggu giliran mendapatkan tiket. Amir, tampak tertegun dengan seseorang di samping nya, terlihat seorang bapak yang hidupnya sederhana. Hal ini, dapat dilihat dari cara berpakaian, maupun perlengkapan yang dibawa berupa sebuah tas yang biasa dipakai pelajar, juga sendal alas kakinya. Karena, penasaran Amir pun menyapa bapak itu, "Assalamu’alaikum pak, " Wa alaikumussalam, jawab nya sambil diiringi senyuman.
Kedua-nya pun terlihat saling bersilaturahmi, hingga karcis yang ditunggu didapatkan. Sambil berjalan menuju kereta yang akan dinaiki, bapak itu memperkenalkan dirinya bernama pak Wiryono biasa dipanggil pak "Wir". Pak Wir berencana pulang ke rumah nya di Solo Jateng.
Alhamdullilah tempat duduk Amir dan pak Wir berdekatan hingga tanpa sengaja pak Wir memulai percakapan dengan kisah hidupnya, ia bercerita bahwa di Bandung baru saja menjenguk putrinya yang sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi di Bandung, pak Wir berharap putrinya itu bisa berhasil dalam masa belajar untuk masa depannya.
Dibalik begitu banyak godaan kehidupan mahasiswa/mahasiswi yang bersifat negatif kehidupan apabila tinggal dan hidup dirantau jauh dari orang tua, hal ini dapat terlihat di berbagai media baik elektronik misal : TV, internet maupun media massa; surat kabar, majalah, tabloid. Dimana penyelewengan kasus penyalahgunaan narkoba, life style yang cenderung hedonis, ataupun pergaulan bebas. Sehingga kepada putrinya pak Wir, menanamkan untuk dapat memilih lingkungan yang mengenal agama Islam secara baik, sehingga dapat dijaga pergaulan ataupun tingkah lakunya dalam keseharian. Alhamdullilah kini putrinya telah mengenakan jilbab, tutur pak "Wir" sambil diselingi senyum khasnya. Prestasi belajar putrinya pun diceritakan pak Wir, ternyata dari prestasi akademik sekolah yang patut dibanggakan maupun lingkungan belajar di rumah, hingga ketrampilan hidup telah ditanamkan sejak kecil oleh pak Wir kepada putrinya dengan hidup sederhana.
Pak Wir pun menceritakan tentang aktifitas nya, ia bekerja di salah satu RS di Solo Jateng, bagian teknisi pembuatan kaki palsu, Subhanallah, ucap Amir dalam hati, berarti pak Wir telah membantu banyak orang yang terkena musibah. Banyak kisah-kisah hidup yang diceritakan pak Wir seperti seseorang yang terkena musibah kecelakaan hingga kaki nya harus diamputasi, maka disamping memberikan semangat hidup agar tetap optimis, juga solusi agar percaya diri dalam menyelesaikan berbagai masalah hidup. Pernah pula seseorang yang terpandang berobat ke pak Wir disebabkan salah satu kakinya harus diamputasi pula karena menderita sakit diabetes, hingga perlu kaki palsu. Kereta api pun terus melaju, seiring dengan lantunan kisah hidup pak Wir yang banyak menolong orang lain yang sedang ditimpa musibah. (Sandi Muda)
sumber : manajemenqolbu.com
Posting Komentar